Sabtu, 14 November 2015

Kuliner Khas Indonesia

Kuliner Khas Indonesia




Bisnis Kuliner Khas Indonesia

            Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragamannya, termasuk dalam hal kuliner. Setiap daerah memilih kuliner dengan masing-masing ciri khasnya. Seperti di Jawa, yang pasti terkenal akan masakan manis nya, seperti Gudeg, Rawon, dsb. Di Papua, kulinernya terkenal akan penggunaan bahan utama selain beras, seperti Papeda. Di Padang, hampir setiap masakannya pasti menggunakan santan. Hal-hal itulah yang menjadi ciri kuliner di satu daerah dengan daerah lainnya.
            Berkaitan dengan kuliner, banyak pengusaha yang menggantukan nasib nya dengan mencoba berbisnis kuliner khas Indonesia. Dimulai dari yang berjualan hanya menggunakan gerobak sederhana, sebuah kios kecil, hingga ke restoran yang megah. Masing-masing dari pengusaha pasti memiliki alasan tersendiri mengapa ingin berjualan kuliner dengan cara mereka, segmentasi pasar pun kadang turut menjadi salah satu faktor pendukung dalam terus mengembangkan inovasi akan masakan yang mereka jual. Ada yang berjualan karena ingin melestarikan warisan budaya nenek leluhur nya, dan ada pula yang berjualan karena itulah satu-satunya sumber penghasilan mereka.
            Namun seiring perkembangan zaman, semakin marak bermunculan kuliner baru, baik itu hasil eksperimen kreativitas sang pemilik atau hasil modifikasi dari kuliner yang sudah ada. Lalu apa yang harus dilakukan oleh pemilik usaha kuliner khas Indonesia agar tidak tergerus zaman dan tetap dapat bersaing dengan kuliner lain?
            Langkah pertama adalah dengan tetap menjaga keaslian resep. Kuliner khas Indonesia sangatlah kaya akan bumbu. Dalam suatu resep, tak jarang bahan utama nya hanya 1-2 bahan, tetapi bumbu yang digunakan bisa jauh lebih banyak dari bahan utama. Dengan menjaga keaslian resep leluhur, maka konsumen tidak akan mudah berpaling ke kuliner lain. Karena para konsumen dapat merasakan longing dan keaslian warisan leluhur dari rasa masakan tersebut yang dapat membuat ketagihan.
            Langkah kedua adalah dengan terus berinovasi. Loh, kalau langkah pertama menyuruh kita untuk menjaga keaslian resep, mengapa langkah berikutnya menyuruh untuk berinovasi? Berinovasi bukan berarti mengganti atau merubah resep yang sudah ada, tetapi dengan menuangkan kreativitas pemilik usaha ke dalam masakannya. Lidah orang Indonesia tak semua nya sama, masakan dari Jawa apabila di bawa ke Sumatera pasti harus menyesuaikan rasa dengan lidah orang Sumatera. Jadi yang dimaksud dengan inovasi di sini adalah dengan menyesuaikan resep kuliner tadi terhadap lidah masyarakat sekitar tempat kuliner tersebut didirikan tanpa mengubah resep asli kuliner khasnya. Seperti lumpiah basah yang aslinya di Semarang menggunakan rebung, tetapi setelah dijual di Bogor maka rebung digantikan oleh bengkoang karena untuk menyesuaikan dengan taste bud atau lidah orang Bogor.
            Langkah terakhir adalah dengan terus mempromosikan usaha kuliner yang ditekuni. Promosi merupakan salah satu faktor utama dan penentu apakah usaha tersebut dapat maju dan bertahan lama atau hanya akan seumur jagung. Kemajuan teknologi sekarang ini sudah sangat membantu kita dalam hal promosi, Social Media Syndrome merupakan salah satu keuntungan utama. Para pengusaha kuliner khas Indonesia dapat mempromosikan usaha mereka dengan membuat account di Social Media lalu meng-upload gambar atau foto kuliner yang mereka jual, beserta deskripsi mengenai kuliner tersebut. Seperti halnya dalam Online Shop, kuliner khas Indonesia pun dapat dipromosikan melalui Instagram, Twitter, Facebook dan bahkan Tumblr. Jadi, mempromosikan usaha kuliner melalui Social Media merupakan salah satu langkah jitu utama dalam mempertahankan usaha di zaman ini.




Lumpiah Basah

Lumpiah basah merupakan kuliner khas Indonesia yang berasal dari daerah Semarang, Jawa Tengah. Kuliner ini telah dibawa dan diperkenalkan ke daerah-daerah lain termasuk Bogor dan Depok sejak beberapa tahun ke belakang, namun belum banyak pengusaha yang menjual kuliner ini.
Usaha kuliner ini dimiliki oleh Bapak Abdul Mujid, yang merupakan warga asli Cianjur. Usaha kuliner ini telah dimulai sejak 6 tahun yang lalu, yaitu semenjak tahun 2009. Dalam menjalankan usaha kulinernya ini, beliau dibantu oleh sang anak. 


 

Usaha kuliner Lumpiah Basah milik Bapak Abdul Mujid ini berlokasi di Jl. Mayor Oking Jayaatmaja no. 73, Ciriung, Cibinong, Bogor. Tepatnya di depan SMP Negeri 1 Cibinong. 

 

Kuliner ini merupakan salah satu kuliner yang paling disukai oleh siswa-siswi sekolah. Karena selain harga nya yang terjangkau, yaitu Rp 7000,- untuk satu porsi Lumpiah Basah original dan Rp 8000,- untuk satu porsi Lumpiah Mie, tetapi rasa panganan inilah yang juga membuat konsumen ketagihan.




 
 
         
 

Resep asli Lumpiah Basah ini berasal dari daerah Semarang, tapi sang pemilik menyesuaikan rasa panganan ini dengan lidah orang Bogor, salah satunya yaitu mengganti rebung dengan bengkoang. “Kalau di Semarang pake rebung neng, tapi saya ganti pake bengkoang. Soalnya lidah orang Sunda lebih familiar sama bengkoang,” ujarnya.
Bahan untuk membuat lumpiah basah antara lain adalah minyak goreng, telur, bawang putih, penyedap rasa, saus gula merah, air cabai, taoge, mie dan bengkoang. 

 
Proses pembuatan lumpiah basah pun tidak lah sulit, hal pertama yang perlu dilakukan ialah memanaskan minyak di wajan, setelah itu tumis bawah putih yang sudah dihaluskan hingga matang. Lalu masukkan telur, aduk hingga tercampur rata dengan bawang putih dan tunggu beberapa saat sampai telur matang. Kemudian masukkan taoge dan bubuhkan bumbu penyedap rasa, tutup dan diamkan beberapa saat. Setelah itu baru masukkan bengkoang dan air cabai sesuai selera. Aduk hingga semua nya tercampur rata. Di waktu yang bersamaan saat menunggu lumpiah basah matang, siapkan kulit lumpiah yang sudah direbus, lalu oleskan saus gula merah di atasnya. Apabila lumpiah basah sudah matang, taruh di atas kulit lumpiah tadi, kemudian bungkus. Lumpiah basah pun siap dihidangkan. 
Proses pembuatan lumpiah basah:

 
Persaingan yang terjadi di kalangan pengusaha kuliner ialah hal yang lumrah, hal itu pun dialami oleh Bapak Abdul Mujid selaku pemilik usaha kuliner lumpiah basah. Saat ditanya bagaimana beliau menghadapi persaingan dan apa saja kiat-kiat untuk tetap menjaga kestabilan usaha nya, beliau menjawab dengan santai “Bapa mah jualan ngikutin anak-anak neng, nyesuain uang nya mereka. Kalopun harus naikin harga, yang penting kualitas bahan baku nya juga ditingkatin.”


Bapak Abdul Mujid dalam kesehariannya berjualan Lumpiah Basah.

Tidak ada komentar: